Amalan Yang Menyelamatkan dari Api Neraka
Wahai Saudaraku sesama Muslim, Abu Zdar ra. pernah berkata:
Saya pernah bertanya pada Rasulullah SAW.: “Perbuatan apa yang bisa menyelamatkan orang dari api neraka?
Beliau menjawab: “Iman kepada Allah”.
Saya berkata lagi: “Wahai Nabi Allah, dengan iman itu tentu ada amal perbuatan?”.
Jawab Beliau: “Hendaklah engkau sedekahkan apa apa yang diberikan Allah.”
Saya bertanya lagi: “Wahai Nabi Allah, kalau orang orang itu fakir miskin, tidak memiliki sesuatu?”
Beliau menjawab: “Lakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar”.
Saya bertanya pula: “Kalau orang itu tidak bisa melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar?”.
Beliau bersabda pula: “Suruhlah dia mengajar orang bodoh”.
Saya bertanya lagi: “Jika orang itu tidak bisa melakukannya?”.
“Suruhlah dia membela orang yang dizalimi orang”, sabda Nabi pula.
Saya bertanya lagi: “Kalau orang itu tergolong lemah, tidak sanggup membela orang yang teraniaya?”.
Beliau menjawab seraya bertanya: “Perbuatan apa yang engkau inginkan
dari rekanmu itu untuk bekal kebajikan? ! Suruhlah dia jangan menyakiti
hati orang lain”.
Saya bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, apakah perbuatan itu akan memasukannya ke dalam Surga?”.
Lalu jawabnya lagi menegaskan: “Seorang mukmin yang telah mengerjakan
salah satu dari perbuatan itu, akan dituntun masuk kedalam Surga”.
Kami bisa membayangkan api neraka sebagai puncak siksaan lahir atau
bathin yang ditimpakan kepada penjahat. Dan Surga sebagai suatu puncak
penilaian kebajikan yang merupakan ganjaran lahir atau bathin pula, bagi
orang orang yang beramal saleh di jalan Allah. Dalam hadist ini
terlihat Rasulullah SAW. banyak menampilkan rahmat dan amal kebajikan,
dan penilaian pahala tidaklah mensyaratkan orang harus mengerjakan
semuanya. Melakukan satu saja, sudah cukup baik. Ya, hanya satu saja
sudah bisa membawa si pelakunya ke puncak sana (Surga). Itulah makna
kata kata agung yang diucapkan beliau pada penutup hadistnya itu.
Demikianlah seperti yang diuraikan oleh Abu Zdar.
Dalam kisah lain diceritakan oleh Rasulullah SAW. bagaikan seniman
jenius, dimana beliau melukiskan pengertian rahmat itu dalam bentuk
kisah yang indah dan menarik.
“Seorang rahib dari Bani Israel telah beribadat pada Allah didalam
sebuah biara selama enam puluh tahun. Pada suatu hari hujan pun turun
dengan lebatnya dan pemandangan sekitarnya menjadi hijau. Sang rahib
melepaskan pandangannya keluar biara seraya berkata: “Kalau aku turun
keluar sambil berzikir menyebut nyebut nama Allah, tentulah akan
menambah kebaikanku “.
Diapun menuruni tangga sambil membawa dua potong roti. Sesampainya
dia dibawah dia disambut oleh seorang wanita. Maka berbincang bincanglah
mereka, dan dimabuk cinta serta tak sadarkan diri. Kemudian sang rahib
pergi mandi ke sebuah kolam, lantas datanglah seorang peminta minta. Dia
menunjuk pada dua potong rotinya agar si peminta minta mengambil
makanan itu. Dan tiba tiba saja sang rahib meninggal dunia. Lalu
ditimbangkanlah pengabdiannya selama enam puluh tahun itu dengan
perbuatannya main dengan pelacur tersebut. Perbuatannya dengan sang
pelacur ternyata mengalahkan semua kebaikannya. Kemudian pahala karena
memberikan dua potong roti kepada si pengemis ditambahkan ke dalam
pengabdiannya itu, maka ternyata timbangan kebaikannya menjadi lebih
berat. Maka diapun diampuni ! “.
Sungguh hebatnya Rasulullah SAW. meletakkan kedudukan rahmat pada
puncak yang begitu agung, sehingga kita bisa melihat betapa Allah SWT.
menimbang rahmat seseorang bukan dari besarnya, akan tetapi berdasarkan
penampilan spiritual dari rahmat itu sendiri.
Tiap karya seseorang sekalipun nampaknya kecil, bisa menyelamatkan
orang itu dari bencana besar, seperti yang disabdakan Rasulullah: ”
Perbuatan baik dapat mencegah menangnya keburukan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar